Sabtu, 28 Agustus 2010

Berubah untuk Indonesia-ku



Berita tentang Indonesia vs Malaysia semakin sering terdengar akhir-akhir ini. Berita ini menyebar begitu cepat melalui berbagai media informasi yang ada. Hampir setiap hari kita dapat menjumpai berita yang memuat tentang konflik yang terjadi antara bangsa kita Indonesia dan Malaysia. Media juga terkesan lebih sering "memainkan" emosi masyarakat daripada memfokuskan isi dari berita yang ingin disampaikan, sehingga banyak masyarakat yang terpancing emosinya saat mendengar berita-berita di media (TV khususnya).

Reaksi masyarakat terhadap berita ini juga bermacam-macam, tetapi setelah saya perhatikan, banyak sekali orang-orang disekitar saya yang sering mengucapkan rasa bencinya terhadap negara tetangga kita tersebut. Beberapa kata yang sering saya dengar adalah "Malingsia", "Ganyang Malaysia", dll. Saat saya mencari tahu alasan mereka(teman-teman, forum di internet, dsb) berkata demikian , mereka mengatakan bahwa negara tetangga kita tersebut terus berusaha mencuri sesuatu dari Indonesia (Pulau, tari-tarian, budaya, dll). Mereka terus mengatakan tentang mental pencuri, tidak kreatif, dll.

Fenomena ini membuat saya tersentak saat saya mencoba melihat hal ini dari sisi kekristenan. Kita sering kali menamakan diri kita sebagai garam dan terang dunia. Garam yang mengasinkan dunia yang tawar, terang yang menerangi dunia yang gelap, tetapi dimanakah kita sebagai garam dan terang yang harus bertingkah laku sesuai tujuan hidup kita masing-masing (sebagai orang kristen). Tidak sedikit diantara kita sebagai orang kristen yang ikut-ikutan terprovokasi karena media. Dimanakah garam dan terang itu? Apa bedanya orang kristen dengan dunia apabila kita bertingkah laku sama dengan dunia?

Kekristenan yang saya pelajari selama ini juga berarti tentang berani tampil beda ! Saat semua orang melakukan dosa sebagai hal yang bisa, kita berani beda dengan berkata TIDAK ! Saat semua orang berkata semua orang sudah nonton video porno Lu** dan Ari**, kita sebagai orang kristen berani beda dengan berkata saya tidak ! Menjadi berbeda tidak selalu enak, bahkan saya boleh katakan tidak enak. Saya juga belajar dari salah satu youth pastor di gereja saya (Agus Lianto) bahwa banyak hal didunia ini yang tidak bisa kita nikmati karena kita menjadi berbeda (orang Kristen). Tetapi apakah kita benar-benar berani tampil beda dan tidak menjadi sama dengan dunia? Ataukah itu hanya menjadi ucapan bibir kita dan slogan kita sebagai orang kristen?

Saya melihat diantara kita, bahkan saya sendiri masih berkompromi dengan hal-hal kecil tetapi itu fatal (bagi saya). Banyak diantara kita masih menikmati dvd bajakan dan tidak merasa berdosa karena sudah membayar Rp.8000,- . Bukankah itu berarti anda membeli barang curian (Mencuri ide)? Banyak diantara kita tidak sadar bahwa meng-copy sebuah buku adalah tindakan plagiat? ITU MENCURI !! Dosen saya bercerita bahwa saat ia melanjutkan studi di Inggris, ia mendapat teguran dari petugas foto copy(Di Inggris tentunya) saat ia mencoba mem-foto copy bagian buku tersebut, petugas tersebut menyuruh beliau untuk mencatat saja bagian yang penting dan tidak mem-foto copy. Ada perbedaan pola pikir kita dengan bangsa lain. Bangsa lain lebih menghargai karya dan tidak mengizinkan seseorang untuk mencuri karya/ide orang lain, dan bahkan sangat berat bagi pelanggarnya. Bayangkan anda membuat suatu karya yang bernilai jutaan dollar dan orang dapat dengan mudah mengambil karya anda dengan memfoto copy- membajak sebanyak-banyaknya seperti membeli kacang goreng !

Disini saya hanya ingin mengajak kita sebagai orang kristen dan warga negara yang baik, berhentilah menghina yang lainnya. Kita tidak lebih baik dari mereka, bahkan kita menjadi sama dengan mereka saat kita mencoba membalas mereka dengan kejahatan yang mereka lakukan. Balas dendam tidak akan pernah berakhir. Mari kita belajar mengucapkan kata-kata positif yang membangun dan memberkati, agar mulut kita bisa menjadi alat untuk memuliakan nama-Nya. Berkati setiap musuh kita dan berdoa lah bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar