Sabtu, 06 November 2010

Memotong Tangan Demi Hidup



Pada tahun 2003, seorang pendaki gunung Amerika bernama Aron Ralston mengalami kecelakaan saat ia melakukan perjalanan mendaki di Blue John Canon. Sebuah batu besar jatuh menghancurkan tangan kanannya dan menghimpit tangannya tersebut dengan dinding tebing. Ia tahu bahwa tidak akan ada seorangpun yang akan membantunya karena ia melakukan perjalanan tersebut sendirian, tanpa membawa telepon seluler, dan tidak memberitahukan kepada siapapun. Ia menghabiskan 5 hari untuk mencoba melepaskan tangannya dari himpitan batu besar tersebut dan perlahan mulai kehabisan persediaan air. Saat ia kehabisan persediaan air, ia mulai meminum air seni-nya sendiri dan mulai mengukir nama, tanggal lahir, tanggal kematiannya di tembok tebing, dan merekam video perpisahan untuk keluarganya.

Setelah 5 hari melakukan percobaan untuk melepaskan tangannya dan mengalami dehidrasi, ia mulai mencoba untuk mengamputasi(memotong) tangan kanannya yang terhimpit tembok tebing tersebut sebagai alternatif agar dirinya dapat melepaskan diri. Ia memotong tangannya dengan pisau tumpul yang ia bawa di sakunya. Ia harus memotong setiap jaringan lunak di tangannya dan merobek di daerah sekitar tendon. Bahkan ia juga menghancurkan tulang tangannya perlahan-lahan tersebut dengan chockstone(irisan logam berulir pada kawat, yang digunakan untuk perlindungan dengan menjepitkan ke celah batu - biasanya terbuat dari aluminium) yang notabene tidak terlalu kuat untuk menghancurkan tulangnya. Berikut adalah gambar dari chockstone :



Setelah ia berhasil memotong tangannya, ia masih harus melakukan perjalanan sejauh 8 mil menuju truk-nya dan harus mendaki turun dari gunung tersebut. Dalam perjalan pulangnya tersebut, ia bertemu dengan beberapa orang yang sedang berlibur, yang memberinya minum dan oreo. Beberapa saat kemudianpun ia dijemput sebuah helikopter untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

Sekarang Ralston tetap melakukan pendakian dan telah memimpin beberapa kelompok dalam perjalanan pendakian. Ia juga menjadi seorang pembicara dalam berbagai kesempatan untuk membagikan kisah hidupnya dan menginspirasi banyak orang. Ia mengakui bahwa ia melakukan semuanya itu, karena masih ada banyak hal yang belum ia lakukan dan selesaikan dalam hidupnya.

“At this point, I've got the confidence to know that I'll get through anything in my life given I have the motivation to do it, ... If it's an act of survival, we've all got a reason to keep living. It may not be pretty, but surviving is grit and determination in its highest form." by Aron Ralston

Hidup itu menjadi tidak berarti apabila kita mengizinkannya untuk seperti demikian. Setiap dari kita memiliki kemampuan untuk memberi makna dalam hidup ini, dengan menjadikan waktu kita, tubuh kita, dan perkataan kita sebagai instrumen kasih dan harapan.

Lakukan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita miliki, dimanapun kita berada

Kamis, 04 November 2010

Jadilah Kerbau yang Baik




Akhir-akhir ini saya terus bergumul tentang pentingnya SATE(Saat Teduh). Saya mendapati banyak orang kristen yang merasa bahwa mereka tidak perlu memiliki SATE. Mereka merasa bahwa pergi ke gereja, ikut cellgroup, dan mengambil pelayanan sudah cukup menjadikan mereka seseorang yang dekat dengan Tuhan. Bagaimana dengan anda?

Saya sering berpikir dalam hati saya, bagaimana saya bisa mengajak teman-teman lainnya untuk terus mencari kebenaran firman melalui SATE(baca alkitab dan doa). Saya ingin mereka merasakan apa yang saya rasakan dalam SATE tersebut. Tetapi, pada kenyataannya memang tidak banyak orang kristen yang mau membaca alkitab. Bahkan cukup mengagetkan saya, bahwa lebih dari 90% jemaat gereja tidak pernah membaca alkitab tersebut dari awal sampai akhir(yang saya amati saat seorang pembicara menanyakan hal ini kepada jemaat-nya-yang mengangkat tangan bisa dihitung dengan jari - dari sekitar 200orang). Sungguh menyedihkan melihat keadaan orang kristen zaman sekarang. Banyak kita jumpai anak-anak muda kristen yang mengaku ingin menjadi dampak bagi banyak generasi dan memberitakan injil, tetapi mereka tidak pernah membaca injil tersebut sampai selesai. Lalu apa yang mereka beritakan selama ini?

Saat merenungkannya, saya berpikir mengapa banyak orang tidak mau serius dan konsisten dalam membaca alkitab(kebenaran firman Tuhan). Padahal, Tuhan sudah mengundang setiap orang :

Matius 11:28-30,
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Ada 2 hal yang saya dapati dalam renungan yang saya lakukan.
1. Banyak orang tidak mau serius dan konsisten dalam membaca alkitab, karena mereka tidak tahu kebutuhan mereka akan Tuhan. Mereka tidak merasa letih lesu dan berbeban berat sehingga mereka tidak membutuhkan Tuhan. Mereka tidak tahu seberapa besar dosa mereka yang telah ditanggung oleh darah-Nya. Mereka tidak mengerti bahwa kekosongan hati mereka hanya dapat diisi oleh Tuhan dan kehausan hatinya hanya bisa dipuaskan oleh Tuhan. Intinya, mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka butuhkan!

2. Banyak orang tidak mau serius dan konsisten dalam membaca alkitab, entah karena mereka sombong atau mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki saat ini. Mereka merasa bahwa keadaannya sekarang sudah cukup baik sehingga mereka tidak membutuhkan Tuhan.

Banyak orang yang bilang bahwa membaca alkitab setiap hari sangatlah susah. Saya menyetujui pendapat diatas, tetapi untuk membiasakan sesuatu memang perlu waktu. Ada juga yang bilang bahwa mengikut Tuhan itu berat dan sulit. Ya, saya menyetujuinya (dulu). Tapi firman Tuhan di Matius 11:30 dikatakan bahwa kuk yang dipasang itu enak dan beban-Nya pun ringan. Sekilas saat saya membayangkan ayat ini, seakan-akan kita diibaratkan sebagai kerbau. Saat seekor kerbau memakai kuk, maka ia menyerahkan totalitas dirinya pada Tuannya. Selama ia mengikuti apa yang Tuannya mau ia untuk melangkah, saya rasa tidak ada rasa sakit. Tetapi saat si kerbau mencoba melawan arah dari yang Tuannya inginkan, rasa sakit yang dirasakannya. Demikian pula dengan diri kita. Selama kita berjalan sesuai kehendaknya, tidak ada yang sulit.